Monday 12 October 2009

Ruang Rapat Standar Bangunan Negara



dapat digunakan untuk bangunan perkantoran pemerintah ataupun swasta,tergantung dari fungsi dan privasinya...

sumber : kepmen 332 th 2002

Ruang Kerja Type F




Pada gambar berikut ada bagian yang harus diperhatikan,yaitu pada bagian dinding atau sekat yang ada,menggunakan dinding masiv atau tidak..

Ruang Kerja Type E

Ruang Kerja Type D

Ruang Kerja Type C

Ruang kerja untuk wakil manager/kepala bagian



Standar minimal ruang kerja untuk wakil manager/kepala bagian

Ruang Kerja Kadis/Manager



ini adalah salah satu syarat standar dari ruang kerja untuk kepala dinas ataupun manager. tetapi pada konteks yang sebenarnya ini bukanlah sesuatu yang mutlak,dengan kata lain ini hanya standar minimal.
sumber : kepmen 332 th 2002

Mesjid Agung


Mesjid Agung

Peletakan batu pertama pembangunan masjid ini dilakukan oleh Sultan Mahmud Badaruddin I yang dimulai 1 Jumadil Akhir 1151 H (1738) dan diresmikan pada 28 Jumadil Awal 1161 (26 Mei 1748). Mesjid ini dulunya dikenal dengan nama Mesjid Sultan yang lokasi dibangunnya terletak di \"pulau\" yang dikelilingi sungai, sebelah Selatan Sungai Musi, sebelah barat Sungai Sekanak, sebelah Timur Sungai Tengkuruk, dan sebelah Utara Sungai Kapuran.
Puncak Mesjid Agung berbentuk atap Mustaka/kepala. Bentuk mustaka yang terjurai ini melengkung ke atas keempat ujungnya menyerupai bentuk atap pada bangunan Cina. Menara pertama dibangun bagian kiri Masjid arah Selatan (Jalan Merdeka) pada tahun 1753 dengan ukuran tinggi 30 M dan garis tengah 3 M.
Pada tahun 1897 telah diadakan perombakan mesjid untuk perluasan Entrance Hall berbentuk gaya Doric dibongkar. Ditambah serambi yang terbukan dengan tiang-tiang beton bulat, sehingga bentuknya seperti serambi pendopo atau seperti gaya bangunan kolonial. Ini adalah yang pertama dan memberikan ruangan tambahan. Pada tanggal 2 Januari 1970 dibangun menara kedua dengan ukuran tinggi 45 M berbentuk persegi 12 dibiayai oleh Pertamina dan diresmikan pada tanggal 1 Februari 1971.

Sungai Musi dan Hutan Punti Kayu

Sungai Musi

Sungai Musi ini panjangnya 460 km membelah Propinsi Sumatera Selatan dari Timur ke Barat yang bercabang-cabang dengan delapan anak sungai besar yaitu : Sungai Komering, Ogan, Lematang, Kelingi, Lakitan Semangus, Rawas, dan Batanghari Leko. Karena ini Sumatera Selatan dikenal dengan julukan Batanghari Sembilan.
Mengapa dinamai Sungai Musi dan kapan nama tersebut mulai dipakai, tidak ada yang tahu pasti. Nama Musi ini terdapat di India, terjadinya hubungan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan di India atau nama tersebut diambil dari salah satu bahasa daerah Kayuagung \"Musi Beraerti Ikut\" Apakah Musi berarti aliran masih perlu penelitian lebih lanjut.
Apakah nama tersebut ada pada saat menelusuri Sungai Musi ini dapat melihat pemukiman penduduk seperti Rumah Rakit, PT Pusri, Pertamina, Daerah Bagus Kuning, Masjid Lawang Kidul, Masjid Ki Meorgan, Benteng Kuto Besak, Warung Terapung, dan kegiatan masyarakat di sepanjang Sungai Musi tersebut.
Di perairan Sungai Musi ini pada setiap hari jadi Kota Palembang dan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan RI diadakanla lomba Perahu Bidar dan Perahu Motor Hias. Masyarakat yang menyaksikan peristiwa tidak hanya masyarakat kota Palembang tetapi juga masyarakat luar kota Palembang bahkan wisatawan mancanegara.
Untuk menikamti keindahan Sungai Musi dapat menggunakan Ketek, Speed Boat, atau untuk rombongan dengan jumlah besar dapat menggunakan Kapal Wisata Segentar Alam dan Kapal Putri Kembang Dadar.

Hutan Wisata Punti Kayu

Hutan Wisata Punti Kayu ini dapat dijangkau dengan kendaraan umum trayek km 12 yang letaknya sekitar 7 km dari pusat kotadengan luas sekitar 50ha. Sejak tahun 1938 telah ditetapkan sebagai hutan lindung.
Sejak tahun 1986 hasil kesepakatan antara propinsi Sumatera Selatan dan Departemen Kehutanan, Hutan Wisata Punti Kayu menjadi Hutan Wisata dengan menambah beberapa sarana wisata.
Taman Wisata Punti Kayu dibagi atas 4 wilayah yaitu :
•Wilayah taman rekreasi yang mempunyai fasilitas :
1.Kolam Renang
2.Tempat berteduh
3.Pos Keamanan dan Pos Informasi
4.Kebun Binatang
5.Sarana Olahraga
6.Ruang Serbaguna
•Wilayah hutan lindung
•Wilayah Perkemahan
•Wilayah danau dan rawa

Benteng Kuto Besak

Benteng Kuto Besak
Bangunan ini dibangun selama 17 tahun dimulai pada tahun 1780 dan diresmikan pemakaiannya pada hari Senin tanggal 21 Februari 1797. Pemrakarsa pembangunan benteng ini adalah Sultan Mahmud Badaruddin (17244-1758) dan pembangunan dilaksanakan oleh Sultan Mahmud Badaruddin, sebagai pengawas pembangunan dipercayakan pada orang-orang Cina.
Benteng Kuto Besak mempunyai ukuran panjang 288,75 meter, lebar 183,75 meter dan tinggi 9,99 meter (30 kaki) serta tebal 1,99 meter (60 kaki). Di setiap sudutnya terdapat bastion yang terletak di sudut Barat Laut bentuknya berbeda dengan tiga bastion lainnya.
Tiga bastion yang sama tersebut merupakan ciri khas bastion benteng Kuto Besak, di sisi Timur dan Selatan dan Barat terdapat pintu masuk Benteng, pintu masuk gerbang utama yang menghadap sungai Musi disebut Lawang Kuto dan pintu masuk lainnya disebut Lawang Buritan.

Museum Sultan Mahmud Badaruddin II


Museum Sultan Mahmud Badaruddin II

Bangunan yang dibangun kembali dan dibongkar habis dan memang sebelumnya merupakan lokasi Benteng Kuto Lamo berdiri keraton Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo atau Sultan Mahmud Badaruddin I (1724-1758).
Tahun 1821 keraton ini mendapat serangan dari Pemerintah Belanda dan pada tanggal 7 Oktober 1823 oleh Reguting Commisaris Belanda J.L Van Seven House diperintahkan bongkar habis untuk menghilangkan monumental Kesultanan Palembang dan membalas dendam atas dibakarnya loji Sungai Aur oleh Sultan Mahmud Badaruddin I pada tahun 1811. Bangunan ini selesai tahun 1825 dan selanjutnya dijadikan komisariat Pemerintah Hindia Belanda untuk Sumatera Bagian Selatan sekaligus sebagai kantor Residen.
Pada tahun 1942-1945 gedung ini dikuasai oleh Jepang dan setelah Proklamasi Kemerdekaan RI kembali dikuasai pemerintah RI, pada tahun 1949 gedung tersebut dijadikan kantor Toritorium II Sriwijaya dan tahun 1960-1974 digunakan sebagai Resimen Induk IV Sriwijaya.
Berdasarkan hasil penelitian dari Tim Arkeologi Nasional tahun 1988 ditemukan pondasi batubata dari Kuto Lamo di atas tumpukan balok-balok kayu yang terbakar di lokasi tersebut. Menurut perhitungan bangunan Benteng Kuto Lamo dimasa Sultan Mahmud Badaruddin I resmi ditempati pada hari Senin tanggal 29 September 1737 maka balok-balok itu umurnya lebih dari itu. Nama Museum Sultan Mahmud Badaruddin diabadikan untuk mengingat dan menghargai jasa-jasanya.

Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera)


Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera)

Bangunan ini terletak di pusat kota tepatnya di depan Mesjid Agung. Lokasi tersebut dulunya basis pertempuran Lima Hari Lima Malam. Peletakan batu pertama dan pemancangan tiang bangunan pada tanggal 17 Agustus 1975 dan diresmikan pada tanggal 23 Februari 1988 oleh Menko Kesra Alamsyah Ratu Prawira Negara.
Monumen ini dibangun untuk mengenang perjuangan rakyat Sumatera Selatan ketika melawan kaum penjajah pada masa revolusi fisik yang dikenal dengan Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang yang pecah pada tanggal 1 Januari 1947 yang melibatkan seluruh rakyat Palembang melawan Belanda.
Di dalam museum ini kita melihat berbagai jenis senjata yang dipergunakan dalam pertempuran tersebut termasuk berbagai dokumen perang dan benda-benda bersejarah lainnya.

Jembatan Ampera Kota Palembang


Jembatan Ampera dibangun di atas sungai Musi dengan panjang 1177 meter, lebar 22 meter, dan tinggi di atas permukaan air 11,5 meter. Dengan dana rampasan perang dari Pemerintah Jepang atas perintah Soekarno. Di bangun pada tahun 1962 dan selesai pada tahun 1964
Orang menyebutnya Jembatan AMPERA karena pemakaiannya secara resmi dilakukan disaat masa menegakkan orde baru yang sebelumnya bernama Jembatan Musi. Jembatan AMPERA berarti Jembatan Amanat Penderitaan Rakyat.
Bagian tengah jembatan ini dulu dapat diangkat dan dilalui kapal yang tingginya maksimum 44,5 meter sedangkan bila tidak diangkat hanya 9 meter, namun pada saat ini mobilitas penduduk semakin tinggi dan jumlah kendaraan bertambah banyak serta dasar lain yang bersifat teknis maka tahun 1970an jembatan

Serba - serbi Kota Palembang

Pemerintahan
Kota Palembang dibagi ke dalam 16 kecamatan dan 107 kelurahan, kecamatan-kecamatan tersebut yaitu:
•Ilir Timur I
•Ilir Timur II
•Ilir Barat I
•Ilir Barat II
•Seberang Ulu I
•Seberang Ulu II
•Sukarame
•Sako
•Bukit Kecil
•Kemuning
•Kertapati
•Plaju
•Gandus
•Kalidoni
•Alang-alang lebar
•Sematang Borang

Penduduk
Penduduk Palembang merupakan cabang dari masyarakat melayu, dan menggunakan bahasa melayu sebagai bahasa sehari-hari, namun para pendatang daerah seringkali menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa sehari-hari, seperti bahasa komering, rawas, lahat, dsb. Pendatang dari luar Sumatera Selatan terkadang juga menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa sehari-hari dalam keluarga atau komunitas kedaerahan, seperti pendatang dari Pulau Jawa dan daerah-daerah lain di Indonesia. Namun untuk berkomunikasi dengan warga Palembang lain, penduduk umumnya menggunakan Bahasa Palembang sebagai bahasa pengantar sehari-hari. Selain penduduk Palembang asli, di Palembang terdapat pula warga pendatang dan warga keturunan, warga pendatang seperti dari Pulau Jawa, Madura, Sulawesi (Makassar dan Manado), Papua, Wilayah Sumatera Lainnya. Warga Keturunan terutama Tionghoa, Arab dan India.
Agama mayoritas di Palembang adalah Islam. Selain itu terdapat pula agama Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu.

Pariwisata
Olahraga
Stadion Jakabaring yang terdapat di dalam area Gelora Sriwijaya Jakabaring menggelar 2 pertandingan dalam lanjutan Piala Asia AFC 2007, yaitu babak penyisihan grup D antara Arab Saudi dan Bahrain serta perebutan tempat ke-tiga antara Korea Selatan dengan Jepang. Selain itu, Gelora Sriwijaya Jakabaring juga menjadi tempat utama penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional XVI.
Seni dan Budaya
Kesenian yang terdapat di Palembang antara lain:
•Kesenian Dul Muluk (semacam pentas drama)
•Tari-tarian seperti Gending Sriwijaya yang diadakan sebagai penyambutan kepada tamu-tamu, dan tari Tanggai yang diperagakan dalam resepsi pernikahan
•Lagu Daerah seperti Dek Sangke dan Cuk Mak Ilang
Rumah Adat Palembang adalah Rumah Limas dan Rumah Rakit
Kota Palembang mengadakan berbagai festival setiap tahunnya antara lain Festival Sriwijaya setiap bulan Juni memperingati Hari Jadi Kota Palembang, Festival Bidar dan Perahu Hias merayakan Hari Kemerdekaan. Serta berbagai festival memperingati Tahun Baru Hijriah, Bulan Ramadhan, Tahun Baru Masehi, dsb.
Kota Palembang memiliki beberapa wilayah yang menjadi ciri khas dari suatu komunitas seperti Kampung Kapitan yang merupakan wilayah Komunitas Tionghoa dan Kampung Al Munawwar yang merupakan wilayah Komunitas Arab.

Objek Wisata
Tempat-tempat wisata yang layak dikunjungi di Palembang antara lain:
1.Sungai Musi
2.Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang
3.Jembatan Ampera
4.Kantor Ledeng (Kantor Walikota)
5.Kampung Kapitan
6.Benteng Kuto Besak
7.Sungai Musi
8.Kambang Iwak
9.Hutan Wisata Punti Kayu
10.Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya
11.Taman Purbakala Bukit Siguntang
12.Monumen Perjuangan Rakyat
13.Museum Balaputradewa
14.Museum Sultan Mahmud Badaruddin II
15.Kawah Tekurep
16.Bagus Kuning
17.Pusat Kerajinan Songket
18.Pulau Kemaro
19.Kilang Minyak Pertamina
20.Pabrik Pupuk Pusri
21.SMPN 18
22.SMAN 1

Pusat-pusat Perbelanjaan
•Palembang Indah Mall
•Palembang Trade Center
•Palembang Square
•Internasional Plaza
•Pusat Perbelanjaan Sumatera
•Pasar 16 Ilir
•The Fame Citywalk
•Pusat Perbelanjaan Ramayana
•JM Plaza
•Ilir Barat Permai (Songket, Ciri khas Adat Palembang dll)
•Beberapa Pasar Tradisional seperti Pasar Kuto, Pasar 16 Ilir, Pasar 26 Ilir, Pasar Gubah dsb.
Hotel
Hotel-hotel berbintang di Palembang antara lain: Hotel Novotel Palembang, Hotel Aryaduta Palembang, Hotel Horison Palembang, Quality Hotel Daira Palembang, Hotel Sanjaya, Hotel Swarna Dwipa, Hotel Royal Asia, Hotel Lembang, Hotel Princess dsb.

Transportasi
Warga Palembang mengenal beberapa trayek angkutan kota antara lain:
•Ampera-Pakjo
•Ampera-Sekip
•Ampera-Lemabang
•Ampera-Perumnas
•Ampera-Tangga Buntung
•Ampera-Bukit Besar
•Ampera-KM 5
•Ampera-Kertapati
•Ampera-Plaju
•Ampera-Pasar Induk
•Lemabang-Sungai Lais
•Pasar Kuto-Kenten Laut
•Pasar Kuto-Perumnas
•Sayangan-Lemabang
•Pusri-Simpang Sekip
•Musi II - Polda

Terdapat pula beberapa trayek Bus Kota yaitu:
•Perumnas-Kertapati
•Perumnas-Plaju
•Pusri-Kertapati
•Pusri-Plaju
•Bukit Besar-Kota
•KM 12-Kertapati
•KM 12-Plaju
T
erdapat pula beberapa merk taksi yang beroperasi di penjuru kota. Selain taksi dan angkutan kota di Palembang dapat ditemukan bajaj yang berperan sebagai angkutan perumahan, dimana setiap bajaj memiliki kode warna tertentu yang hanya boleh beroperasi di wilayah tertentu di Kota Palembang. Sebagai sebuah kota yang dilalui oleh beberapa sungai besar, masyarakat Palembang juga mengenal angkutan air, yang disebut getek. Getek ini melayani penyeberangan sungai melalui berbagai dermaga di sepanjang Sungai Musi, Ogan dan Komering. Baru-baru ini telah dibuka jalur kereta komuter yang diperuntukkan bagi mahasiswa Universitas Sriwijaya yang melayani jalur Kertapati-Indralaya.
Palembang memiliki sebuah Bandara Internasional yaitu Bandar Udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II). Bandara ini terletak di barat laut Palembang, melayani baik penerbangan domestik maupun internasional (sejak runway di perpanjang). Bandara ini juga menjadi embarkasi haji bagi warga Sumatera Selatan. Penerbangan domestik melayani jalur Palembang ke Jakarta, Bandung, Batam, Pangkal Pinang dan kota-kota lainnya, penerbangan internasional melayani Singapura, Kuala Lumpur, Malaka, China, thailand.
Palembang mempunyai jalan tol kayu agung-palembang-bandara internasional sultan mahmud badaruddin II jalan tol ini mempercepat akses ke bandara dan kayu agung.
Palembang juga memiliki sebuah pelabuhan yaitu Boom Baru, Pelabuhan 36 Ilir,dan Pelabuhan Tanjung Api Api 3 pelabuhan ini melayani pengangkutan penumpang menggunakan feri ke Muntok (Bangka) dan Batam. Saat ini sedang dibangun pelabuhan Tanjung Api-api yang melayani pengangkutan penumpang dan barang masuk dan keluar Sumatera Selatan.
Prestasi
Beberapa prestasi Kota Palembang:
1.Tuan rumah Pekan Olahraga Nasional XVI 2004
2.Tuan rumah Asian Cup 2007
3.Peringkat I Kota Metropolitan Terbersih se-Indonesia 2007 (Adipura Award)
4.Peringkat I Kota Metropolitan Terbersih se-Indonesia 2008 (Adipura Award)
5.Asean Environment Sustainable City 2008, sebagai Kota Terbersih se-Asean.

Geografis Kota Palembang

Keadaan Geografis
Letak Geografis
Secara gografis, Palembang terletak pada 2°59′27.99″LS 104°45′24.24″BT.Luas wilayah Kota Palembang adalah 400,61 Km² atau 40.061 Ha dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan laut. Letak Kota Palembang cukup strategis karena dilalui oleh jalur jalan Lintas Pulau Sumatera yang menghubungkan antar daerah di Pulau Sumatera. Selain itu Kota Palembang juga terdapat Sungai Musi -- yang dilintasi oleh Jembatan Ampera -- yang berfungsi sebagai sarana transportasi dan perdagangan antar wilayah dan merupakan Kota Air yang terdiri dari 16 kecamatan dan 107 kelurahan.
Iklim dan Topografi
Iklim Kota Palembang merupakan iklim daerah tropis dengan angin lembab nisbih, kecepatan angin berkisar antara 2,3 km/jam - 4,5 km/jam. Suhu Kota berkisar antara 23,4 - 31,7 derajat celsius. Curah hujan pertahun berkisar antara 2.000 mm - 3.000 mm. Kelembaban udara berkisar antara 75 - 89 % dengan rata - rata penyinaran matahari 45 %. Topografi tanah relatif datar dan rendah. Hanya sebagian kecil wilayah kota yang tanahnya terletak pada tempat yang agak tinggi yaitu pada bagian utara kota. Sebagian besar tanah adalah daerah berawa sehingga pada saat musim hujan daerah tersebut tergenang. Ketinggian rata-rata 0 - 20 mdpl.
Pada tahun 2002 suhu minimum Kota Palembang terjadi Bulan Oktober 22,70C, tertinggi 24,50C pada bulan Mei, sedangkan suhu maksimum terendah 30,40C pada Bulan Januari dan tertinggi pada Bulan Sepetember 34,30C. Tanah dataran tidak tergenang air : 49 %, Tanah tergenang musiman : 15 %, Tanah tergenang terus menerus : 37 % dan Jumlah sungai yang masih berfungsi 60 buah (dari jumlah sebelumnya 108) sisanya berfungsi sebagai saluran pembuangan primer. Tropis lembab nisbi, Suhu antara 220-320 Celcius, Curah hujan 22-428 mm / tahun, Pengaruh pasang surut antara 3-5 meter, dan Ketinggian tanah rata-rata 12 meter diatas permukaan laut.
Jenis tanah Kota Palembang berlapis alluvial, liat dan berpasir, terletak pada lapisan yang paling muda, banyak mengandung minyak bumi, yang juga dikenal dengan lembah Palembang - Jambi. Tanah relatif datar dan rendah, tempat yang agak tinggi terletak dibagian utara kota. Sebagian kota Palembang digenangi air terlebih lagi bila terjadi hujan terus menerus.
Batas Wilayah
•Sebelah Utara; dengan Desa Pangkalan Benteng, Desa Gasing dan Desa Kenten, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin
•Sebelah Selatan; dengan Desa Bakung Kecamatan Inderalaya Kabupaten Ogan Ilir dan Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim
•Sebelah Barat; dengan Desa Sukajadi Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin
•Sebelah Timur; dengan Balai Makmur Kecamatan Banyuasin I Kabupaten Banyuasin

Sejarah Kota Palembang

Sejarah
Secara teratur, sebelum masa NKRI pertumbuhan Kota Palembang dapat dibagi menjadi 5 fase utama:
Fase Sebelum Kerajaan Sriwijaya
Merupakan zaman kegelapan, karena mengingat Palembang telah ada jauh sebelum bala tentara Sriwijaya membangun sebuah kota dan penduduk asli daerah ini seperti yang tertulis pada manuskrip lama di hulu Sungai Musi merupakan penduduk dari daerah hulu Sungai Komering.
Fase Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya
Di sekitar Palembang dan sekitarnya kemudian bermunculan kekuatan-kekuatan lokal seperti Panglima Bagus Kuning di hilir Sungai Musi, Si Gentar Alam di daerah Perbukitan, Tuan Bosai dan Junjungan Kuat di daerah hulu Sungai Komering, Panglima Gumay di sepanjang Bukit Barisan dan sebagainya. Pada fase inilah Parameswara yang mendirikan Tumasik (Singapura) dan Kerajaan Malaka hidup, dan pada fase inilah juga terjadi kontak fisik secara langsung dengan para pengembara dari Arab dan Gujarat.
Fase Kesultanan Palembang Darussalam
Hancurnya Majapahit di Jawa secara tidak langsung memberikan andil pada kekuatan lama hasil dari Ekspedisi Pamalayu di Sumatera. Beberapa tokoh penting di balik hancurnya Majapahit seperti Raden Patah, Ario Dillah (Ario Damar) dan Pati Unus merupakan tokoh-tokoh yang erat kaitanya dengan Palembang. Setelah Kesultanan Demak yang merupakan 'pengganti' dari Majapahit di Jawa berdiri, di Palembang tak lama kemudian berdiri pula 'Kesultanan Palembang Darussalam' dengan 'Susuhunan Abddurrahaman Khalifatul Mukmiminin Sayyidul Iman' sebagai raja pertamanya. Kerajaan ini mengawinkan dua kebudayaan, maritim peninggalan dari Sriwijaya dan agraris dari Majapahit dan menjadi pusat perdagangan yang paling besar di Semenanjung Malaka pada masanya. Salah satu raja yang paling terkenal pada masa ini adalah Sultan Mahmud Badaruddin II yang sempat menang tiga kali pada pertempuran melawan Eropa (Belanda dan Inggris).
Fase Kolonialisme
Setelah jatuhnya Kesultanan Palembang Darussalam pasca kalahnya Sultan Mahmud Badaruddin II pada pertempuran yang keempat melawan Belanda yang pada saat ini turun dengan kekuatan besar pimpinan Jendral de Kock, maka Palembang nyaris menjadi kerajaan bawahan. Beberapa Sultan setelah Sultan Mahmud Badaruddin II yang menyatakan menyerah kepada Belanda berusaha untuk memberontak tetapi kesemuanya gagal dan berakhir dengan pembumihangusan bangunan kesultanan untuk menghilangkan simbol-simbol kesultanan. Setelah itu Palembang dibagi menjadi dua keresidenan besar, dan pemukiman di Palembang dibagi menjadi daerah Ilir dan Ulu.
Kota Palembang telah dicanangkan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono sebagai 'Kota Wisata Air' pada tanggal 27 September 2005. Presiden mengungkapkan bahwa Kota Palembang dapat dijadikan kota wisata air seperti Bangkok, Thailand dan Pnomh Phenh, Kamboja.
Tahun 2008 Kota Palembang menyambut kunjungan wisata dengan nama "Visit Musi 2008".

Kota Palembang

Kota Palembang adalah salah satu kota (dahulu daerah tingkat II berstatus kotamadya) sekaligus merupakan ibu kota dari Provinsi Sumatra Selatan. Palembang adalah kota terbesar kedua di Sumatra setelah Medan. Kota ini dahulu pernah menjadi pusat Kerajaan Sriwijaya sebelum kemudian berpindah ke Jambi. Bukit Siguntang, di Palembang Barat, hingga sekarang masih dikeramatkan banyak orang dan dianggap sebagai bekas pusat kesucian di masa lalu.
Sempat kehilangan fungsi sebagai pelabuhan besar, penduduk kota ini lalu mengadopsi budaya Melayu pesisir, lalu Jawa. Sampai sekarang pun hal ini bisa dilihat dalam budayanya. Salah satunya adalah bahasa. Kata-kata seperti "lawang (pintu)", "gedang (pisang)", adalah salah satu contohnya. Gelar kebangsawanan pun bernuansa Jawa, seperti Raden Mas/Ayu. Makam-makam peninggalan masa Islam pun tidak berbeda bentuk dan coraknya dengan makam-makam Islam di Jawa.
Kota ini memiliki komunitas Tionghoa yang besar. Makanan khas daerah ini adalah pempek Palembang, tekwan, model, celimpungan, kue maksuba, kue 8 jam, kue engkak, laksan, burgo, dll. Makanan seperti pempek atau tekwan mengesankan "Chinese" taste masyarakat Palembang.
Palembang merupakan kota tertua di Indonesia, hal ini didasarkan pada prasasti Kedukan Bukit yang diketemukan di Bukit Siguntang, sebelah barat Kota Palembang, yang menyatakan pembentukan sebuah wanua yang ditafsirkan sebagai kota yang merupakan ibukota Kerajaan Sriwijaya pada tanggal 16 Juni 683 Masehi. Maka tanggal tersebut dijadikan patokan hari lahir Kota Palembang.
Kota Palembang juga dipercayai oleh masyarakat melayu sebagai tanah leluhurnya. Karena di kota inilah tempat turunnya cikal bakal raja Melayu pertama yaitu Parameswara yang turun dari Bukit Siguntang. Kemudian Parameswa meninggalkan Palembang bersama Sang Nila Utama pergi ke Tumasik dan diberinyalah nama Singapura kepada Tumasik. Sewaktu pasukan Majapahit dari Jawa akan menyerang Singapura, Parameswara bersama pengikutnya pindah ke Malaka disemenanjung Malaysia dan mendirikan Kerajaan Malaka. Beberapa keturunannya juga membuka negeri baru di daerah Pattani dan Narathiwat (sekarang wilayah Thailand bagian selatan). Setelah terjadinya kontak dengan para pedagang dan orang-orang Gujarat dan Persia di Malaka, maka Parameswara masuk agama Islam dan mengganti namanya menjadi Sultan Iskandar Syah.

PENJABARAN DARI RUMAH TONGKONAN

Rumah selalu berorientasi ke arah utara. Hal ini dilakukan karena adanya kepercayaan bahwasanya tuhan sang pencipta terletak disebelah utara,oleh sebab itu untuk menghormatinya maka rumah harus menghadap kearah utara agar mendapat restunya. Sedangkan ditinjau dari klimatologi,orientasi ini sesuai dengan arah mata angin dengan tujuan untuk mendapatkan sirkulasi udara yang baik dan manghindari sinar matahari sore.
Rumah terdiri dari tiga tingkatan dengan penjabaran sebagai berikut; tingkatan pertama untuk hewan ternak ataupun untuk menyimpan alat pertanian. Untuk lantai kedua diperuntukkan bagi manusia dalam hal ini adalah penghuni atau pemilik rumah,sedangkan untuk tingkatan ketiga diperuntukan bagi barang yang dianggap pusaka. Hal ini didasari karena adanya suatu kepercayaan bahwasanya dunia terdiri dari tiga tingkatan yang mana tingkatan pertama untuk hewan,kedua untuk manusia dan ketiga tuhan atau sang pencipta.
Material yang digunakan untuk pembangunan adalah kayu dan bambu. Konstruksi yang digunakan masih dikategorikan sederhana tetapi memiliki kekuatan dan kekokohan yang sudah relatif moderen. Bentuk bangunan ini selalu konstan atau tetap dan tidak berubah,sedangkan untuk pembangunan dilakukan dengan kegotong royongan bersama, tentu saja hal ini tidaklah mudah karena untuk melakukan pembangunan ini harus diadakaan musyawarah desa bersama dan juga upacara adat untuk memohon perlindungan dari sang pencipta baik bagi desa tersebut ataupun bagi penghuni rumah.
Dari segi fungsi,bangunan ini asalnya hanya diperuntukan bagi ketua adat saja. Dirumah Tongkonan ini lah segala urusan pemerintahan diatur dan dibuat. Tetapi seiring dengan perkembangan zaman akhirnya bangunan ini menyebar ke masyarakat,sehingga hampir seluruh masyarakat Toraja memilikinya dan tentunya fungsinya yaitu sebagai rumah tempat tinggal bagi mereka. Untuk membedakan status kepemilikan dari bangunan dapat di identifikasi dari jumlah tanduk dan kepala kerbau yang ada di depan bangunan tersebut. Semakin banyak tanduk dan kepala kerbau yang ada pada bangunan tersebut ,maka semakin tinggi derajat sesorang tersebut.
Dari segi bentuk,bangunan ini dipengaruhi oleh adanya kepercayaan bahwasanya kerbau adalah salah satu hewan yang dianggap suci. Penafsiran ini dapat dilihat dari perwujudan bentuk bangunan yang menyerupai bentuk tanduk kerbau,tetapi ada juga yang beranggapan bahwa bentuk atap rumah ini meniru bentuk perahu yang merupakan salah satu alat transportasi nenek moyang Suku Toraja. Dari segi fungsinya terhadap iklim,bangunan ini dapat meyelaraskan dengan curah hujan yang ada pada daerah tersebut. Sedangkan bentuk bangunan yang bisa dikategorikan sebagai rumah panggung,ini bisa disebabkan oleh keadaan atau kondisi tanah yang lembab sehingga dibuat tinggi dengan satu tujuan untuk mencegah udara lembab masuk ke banguanan
Dari segi konstruksi dan material,bangunan ini memiliki kesamaan dengan bangunan tradisional lainnya yaitu menggunakan kayu sebagai bahan utama,sedangkan untuk atap Tongkonan menggunakan bambu sebagai bahan utama.
KESIMPULAN
Seiring dengan perkembangan zaman,Rumah Tongkonan mengalami perkembangan dan perubahan. Perubahan ini tidak hanya terjadi dari fungsi tetapi juga dari bahan materialnya.
Fungsi awalnya yang semula hanya sebagai tempat musyawarah ataupun tempat tinggal bagi penguasa tetapi berubah menjadi tempat tinggal masyarakat ,baik itu kaum bangsawan ataupun rakyat biasa.
Konstruksi yang digunakanpun mengalami perubahan. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan semen untuk pondasi.
Dari segi material yang semulanya hanya menggunakan kayu dan bambu,tetapi seiring dengan perkembangan zaman berubah menggunakan atap seng.
Fenomena yang terjadi dari perubahan ini menyebabkan Rumah Tongkonan berkurang nilai karakteristiknya.

RUMAH TRADISIONAL TORAJA

Rumah tradisional Toraja atau yang dikenal dengan istilah Tongkonan adalah salah satu warisan kebudayaan yang sangat berharga bagi Indonesia. Rumah adat ini merupakan rumah yang sangat terkenal bukan hanya di Indonesia saja tetapi juga manca Negara.
Konon kata Tongkonan berasal dari istilah "tongkon" yang berarti duduk, dahulu rumah ini merupakan pusat pemerintahan, kekuasaan adat dan perkembangan kehidupan sosial budaya masyarakat Tana Toraja. Rumah ini tidak bisa dimiliki oleh perseorangan, melainkan dimiliki secara turun-temurun oleh keluarga atau marga suku Tana Toraja.
Dengan sifatnya yang demikian, tongkonan mempunyai beberapa fungsi, antara lain: pusat budaya, pusat pembinaan keluarga, pembinaan peraturan keluarga dan kegotongroyongan, pusat dinamisator, motivator dan stabilisator sosial.
G E O G R A P I
Rumah Tongkonan adalah rumah tradisional dari suku Toraja yang terletak di Propinsi Sulawesi Selatan. Suku ini mendiami di suatu tempat yang bernama Rura di kaki pegunungan Bamba Puang yang beriklim sejuk dan dingin,sekarang termasuk di Kecamatan Alla Kab.Enrekang.

G E O L O G I
Suku Toraja mendiami dataran tinggi dan berbukit daerah Rura di kaki Gunung Bamba Puang. Kondisi tanah yang subur membuat masyarakat Suku Toraja memilih pertanian dan peternakan sebagai mata pencarian utama.
Hal ini dapat dilihat banyaknya lumbung yang tersedia di daerah tersebut. Sedangkan tempat untuk menyimpan alat – alat pertanian ataupun hewan ternak di letakan pada kolong Rumah Tongkonan.
Kolong rumah yang berfungsi sebagai tempat menyimpan alat pertanian dan juga sebagai kandang ternak.

I K L I M
IKLIM YANG ADA PADA DAERAH TANA TORAJA ADALAH IKLIM PEGUNUNGAN
HAL INI BERPENGARUH PADA BENTUK RUMAH,ORIENTASI DAN PENGGUNAAN MATERIAL BANGUNAN
Material bangunan menggunakan bahan kayu dan bambu sebagai atap karena selain mudah di dapat hal ini juga sesuai dengan iklim ataupun kondisi yang ada.
Bentuk rumah panggung dipilih untuk menghindari kelembaban udara dari tanah selain itu untuk menjaga keamanan dari serangan hewan buas.
Rumah berorientasi ke arah utara dengan tujuan untuk mendapatkan sirkulasi udara yang baik (angin beriup dari utara ke selatan)

I P T E K
Masyarakat Toraja tidak begitu mengenal teknologi yang maju, setidaknya karena pada saat itu belum tersedia teknologi yang moderen,tetapi meskipun demikian teknologi yang digunakan pada pembangunan Rumah Toraja terbilang sudah maju. Meskipun hanya sederhana atau simple tetapi konstruki yang dibuat tetap memiliki kekokohan yang cukup kuat untuk di daerah itu.
Pada bangunan Rumah Toraja konstruksi bangunan yang digunakan adalah sistem ikat (rotan) dan jepit pada proses penyambungan. Sedangkan pada balok menggunakan sistem pasak (pen). Jadi sama sekali tidak menggunakan paku ataupun sebagainya.
Kehidupan sosial masyarakat Toraja telah diatur sedemikan rupa di dalam kepercayaan mereka (Aluk). Aluk adalah aturan yang mengatur hubungan manusia dengan sumber daya alamnya serta manusia dengan atau di dalam komunitas.
Adapun hubungan dengan Rumah Toraja yaitu rumah ini digunakan sebagai tempat bermusyawarah atau mengambil keputusan di dalam suatu masalah adat ataupun suku yang mayoritas berhubungan dengan Aluk. Selain itu rumah ini juga dapat berfungsi sebagai istana atau tempat tinggal bagi penguasa adat.
B U D A Y A
Masyarakat Suku Toraja memiliki kebudayaan yang cukup unik salah satunya adalah upacara kematian. Upacara kematian adalah upacara adat yang paling bergengsi di dalam suku Toraja
Rumah Toraja memegang peranan penting dalam acara upacara kematian (Rambu Solo). Pada salah satu bagian Rumah Toraja yaitu Sali (bagian Tengah) berfungsi sebagai tempat menyimpan mayat,sedangkan fungsi aslinya yaitu sebagai dapur. Pada pelaksanaan upacara kematian atau Rambu Solo, kegiatan masak memasak tidak boleh dilakukan di dalam rumah tetapi harus di luar rumah

S E J A R A H
Konon, leluhur orang Toraja adalah manusia yang berasal dari nirwana, mitos yang tetap melegenda turun temurun hingga kini secara lisan dikalangan masyarakat Toraja menceritakan bahwa nenek moyang masyarakat Toraja yang pertama menggunakan "tangga dari langit" untuk turun dari nirwana, yang kemudian berfungsi sebagai media komunikasi dengan Puang Matua (Tuhan Yang Maha Kuasa).
Lain lagi versi dari DR. C. CYRUT seorang anthtropolog, dalam penelitiannya menuturkan bahwa masyarakat Tana Toraja merupakan hasil dari proses akulturasi antara penduduk (lokal/pribumi) yang mendiami daratan Sulawesi Selatan dengan pendatang yang notabene adalah imigran dari Teluk Tongkin (daratan Cina). Proses akulturasi antara kedua masyarakat tersebut, berawal dari berlabuhnya Imigran Indo Cina dengan jumlah yang cukup banyak di sekitar hulu sungai yang diperkirakan lokasinya di daerah Enrekang, kemudian para imigran ini, membangun pemukimannya di daerah tersebut.

Cara Mengenalkan Dunia Seni Kepada Anak -Anak

Dunia anak – anak merupakan dunia yang penuh dengan keceriaan dan kebahagiaan. Untuk itulah kita harus bisa memahaminya secara teliti dan benar. Biarkanlah mereka untuk menikmati hidupnya dengan sempurna dan tanpa unsur pemaksaan ataupun unsur intimidasi dari orang tuanya. Karena usianya yang masih sangat belia inilah maka salah satu dunia yang paling mudah dikenalnya adalah dunia yang berhubungan dengan seni. Tetapi kita harus bisa menyadarinya, karena tidak semuanya bisa dengan mudah menyerapnya. Terkadang mereka lebih suka melakukannya dengan caranya sendiri yang terkadang sangat penuh dengan riskan. Tetapi ada satu cara yang bisa kita coba untuk mengenalkannya dengan dunia seni, yaitu dengan bermain.

Aktifitas seni dapat dibagi menjadi :
Aktifitas musik dan juga aktifitas gerak
1.Caranya yaitu dengan bernyanyi, melakukan gerakan berdasarkan kreasi si kecil, mendengarkan musik dll.
2.Biarkan si kecil untuk menikmati semua lagu yang disukainya.
3.Jangan pernah melakukan protes terhadap semua gerakan atau nyanyiannya.
4.Dengan perlahan bimbing dia secara rutin untuk melakukan gerakan ataupun nyanyian yang benar.
5.Ciptakan suasana yang ceria dan meriah.
6.Putarkan lagu anak – anak yang ceria.
7.Arahkan perhatian si kecil pada lagu yang sedang diputar.
8.Dan ingat, selalu dampingi si kecil beraktifitas sehingga anda dapat menambah wawasannya tentang berbagai hal yang terjadi atau ada di dalam kegiatan musik.

Tujuannya adalah :
1.Untuk mengembangkan ekspresi diri, imajinasi serta kratifitas dari anak tersebut.
2.Melatih koordinasi mata dan tangan, konsentrasi dan kemampuanya berpikir.
3.Dapat merangsang perkembangan bahasa melalui kosa kata dalam lirik lagu tersebut.
4.Dapat memngenali beberapa alat musik.
5.Dapat melatih kepekaan pendengaran terhadap suara, sehingga si kecil dapat lebih peka terhadap lingkungannya.
Demikianlah beberapa cara yang harus dilakukan oleh pihak orang tua dalam melakukakan pembimbingan dan pengajaran terhadap anak – anak. Semioga bermanfaat bagi kita semua.

Tips Menghadapi Gempa

Indonesia adalah negara yang terletak diantara dua lempeng bumi yaitu lempeng asia dan lempeng australia. Kedua lempeng tersebut mengalami penrgerakan terus secara significant per mm setiap tahunnya. Hal inilah secara teoritis yang menyebabkan Indonesia sangat rentan dengan gempa bumi tektonik. Tetapi tidak hanya itu, Indonesia juga memiliki banyak gunung berapi yang berstatus aktif, dan ini juga menjadi suatu ancaman baru, karena dengan adanya pergerakan lempeng bumi, gempa tektonik ataupun perubahan struktur bumi maka dapat menimbulkan suatu reaksi baru bagi gunung tersebut.
Berikut beberapa tips untuk menghadapi gempa :
1.Tetap tenang dan jangan panik.
2.Jika kamu berada di dalam bangunan atau gedung, segeralah keluar dan berlarilah ketempat yang terbuka seperti lapangan olahraga atau di jalan.
3.Jauhi tempat yang penuh resiko, seperti tiang listrik, papan reklame iklan dan tiang telepon.
4.Selama terjadi gempa kamu harus tetap tenang dan waspada terhadap semua yang di sekitar kamu seperti kondisi tanah atau jalan yang bisa saja menjadi terbelah atau retak.
5.Pada saat terjadi getaran, dianjurkan kamu duduk berjongjok dengan telapak tangan menyentuh bumi. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan kamu sewaktu terjadi getaran yang besar.
6.Tetapi jika kamu di dalam bangunan atau gedung dan kamu tidak bisa keluar, maka berlindunglah di tempat yang paling aman dari bangunan tersebut. Carilah struktur bangunan yang paling kuat.
7.Jangan berdiri di tengah – tengah ruangan, tetapi berlindunglah di tempat yang berdekatan dengan dinding, karena balok (beton melintang diatas yang menghubungkan tiang) tidak pernah patah di tumpuan awal ( 1/4 dari dinding ) tetapi selalu patah di 2/4 dari tengah ( tumpuan lapangan ).
8.Jika tidak memungkinkan maka segera berlindung di bawah meja yang kuat atau berlindung didalam bath up ( bak mandi ), karena struktur bath up kuat dan juga anti api.
9.Selama berlindung tetap waspadai semua yang ada di sekitar kita, seperti kondisi lantai ataupun flapond. Jika terdapat bagian flapond yang retak segera berlari menjauh.
Demikian tips dari saya semoga bermanfaat untuk kita semua. Tetapi perlu diingat bahwa semua ini hanyalah cara kita untuk menanggulanginya mengenai hasilnya tetap dari yang maha kuasa

Jika Cinta Dia

Terlampau sering kau buat air mataku
Tak pernah kau tahu dalamnya rasa cintaku
Tak banyak inginku jangan kau ulangi
Menyakiti aku sesuka kelakuanmu
Ku bukan manusia yang tidak berfikir
Berulang kali kau lakukan itu padaku

Reff:
Jika cinta dia jujurlah padaku
Tinggalkan aku disini tanpa senyumanmu
Jika cinta dia ku coba mengerti

Teramat sering kau membuat patah hatiku
Kau datang padanya tak pernah kutahu
Kau tinggalkan aku disaat ku butuh kan mu
Cinta tak begini selama ku tahu
Tetapi ku lemah karena cintaku padamu

*
Jika cinta dia jujurlah padaku
Tinggalkan aku disini tanpa senyumanmu
Jika cinta dia ku coba mengerti
Mungkin kau bukan cinta sejati dihidupku

Back to * 2x