Friday 26 December 2008

Kaum Almarhum Tak Punya Kepentingan

Kaum Almarhum Tak Punya Kepentingan

Meminta nasihat kepada kiai sepuh atau datang ke makam Walisongo merupakan tradisi lazim di kalangan nahdliyin. Dalam hal ini Gus Dur malah termasuk 'biang'. Misalnya, tak lama setelah dilantik menjadi Presiden pada Oktober 1999, ia langsung berziarah ke makam KH Ahmad Mutamakin, di Pati, Jawa Tengah.

Apalagi ia memang mengaku keturunan KH Mutamakin yang dikenal sebagai penyebar Islam esoteris (batini) yang hidup di zaman Raja Kartasura, Amangkurat IV (1719-1726) dan Pakubuwono II (1726-1749).

Sungguhkah Gus Dur benar-benar percaya pada isyarat dari makam-makam leluhur semacam itu? Kelihatannya dia memang percaya, sebab Gus Dur selalu siap dengan gigih dan sungguh-sungguh membela "ideologinya" ini. Menurut KH Cholil Bisri, setiap memutuskan sesuatu yang penting, Gus Dur lebih banyak datang ke makam para wali ketimbang memohon isyarat kiai sepuh.

Ini sering membikin repot para koleganya di PB NU. Pamannya sendiri, KH Yusuf Hasyim (Pak Ud), termasuk yang paling kerepotan dengan metode pengambilan keputusan ala Gus Dur ini. "Susah berdiskusi dengan Durrahman itu," keluh Pak Ud, di masa Gus Dur menjadi Ketua Umum PB NU.

"Dalam rapat kalau kita tanya apa landasan keputusannya, dia bilang dia dapat ilhamnya dari mimpi atau dari makam...Kita mau bilang apa?

Gus Dur sendiri sudah hapal dan kebal terhadap keberatan semacam itu. Inilah tangkisan standarnya:

"Saya datang ke makam karena saya enggak percaya sama yang hidup. Mereka yang mati itu sudah tidak punya kepentingan." (ahm)

No comments: